Air terjun Srambang merupakan salah satu obyek wisata di Kabupaten Ngawi yang berupa air terjun. Berlokasi di kaki gunung Lawu, Kecamatan Jogorogo, sekitar 5 km ke selatan dari pasar Jogorogo. Ketinggian air terjun ini hampir mencapai 40 m.
Objek wisata ini menampilkan suasana pegunungan yang sejuk dan dingin membuat tempat ini selalu ramai dikunjungi pengunjung.
Areal jalan menuju lokasi sudah diaspal sehingga mempermudah perjalanan.
Lokasi air terjun srambang berdekatan dengan pondok pesantren Condro Mowo.
Dengan kendaraan sepeda motor bisa langsung menuju lokasi tanpa harus
berjalan kaki, namun jika menggunakan mobil, harus berhenti kira-kira
500 meter dari objek wisata, karena jalan belum bisa dilalui kendaraan
roda empat. Batas waktu kunjungan adalah sampai jam 3 sore. Hal ini
untuk mengantisipasi terjadinya longsor di areal air terjun, terlebih di
musim hujan, banyak pacet dan rawan longsor.
Tiket dan Parkir
Tiket
masuk adalah Rp 2.500 per orang. Sedangkan Uang parkir adalah Rp 1.500
per kendaraan.
Fasilitas dan Akomodasi
Beberapa
fasilitas yang ada antara lain adalah area parkir untuk menampung
kendaraan, warung-warung penjual makanan dan minuman.
Wisata Lain
Tak jauh dari Air Terjun
Srambang ini, atau sekitar 30
menit perjalanan motor, terdapat perkebunan teh Jamus.
Visit Ngawi . . . .
Kamis, 31 Desember 2015
Jumat, 25 Desember 2015
Benteng Van den Bosch
Benteng Van den Bosch, lebih dikenal sebagai Benteng Pendem adalah sebuah benteng yang terletak di Kelurahan Pelem, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi.
Benteng ini memiliki ukuran bangunan 165 m x 80 m dengan luas tanah 15 Ha. Lokasinya mudah dijangkau yakni dari Kantor Pemerintah Kabupaten Ngawi +/- 1 Km arah timur laut. Letak benteng ini sangat strategis karena berada di sudut pertemuan sungai Bengawan Solo dan Sungai Madiun.
Benteng ini dulu sengaja dibuat lebih rendah dari tanah sekitar yang dikelilingi oleh tanah tinggi sehingga terlihat dari luar terpendam.
Sejarah
Pada abad 19 Ngawi menjadi salah satu pusat perdagangan dan pelayaran di Jawa Timur dan dijadikan pusat pertahanan Belanda di wilayah Madiun dan sekitarnya dalam Perang Diponegoro (1825-1830).
Perlawanan melawan Belanda yang berkobar didaerah dipimpin oleh kepala daerah setempat seperti di Madiun dipimpin oleh Bupati Kerto Dirjo dan di Ngawi dipimpin oleh Adipati Judodiningrat dan Raden Tumenggung Surodirjo, serta salah satu pengikut Pangeran Diponegoro bernama Wirotani. Pada tahun 1825 Ngawi berhasil direbut dan diduduki oleh Belanda.
Untuk mempertahankan kedudukan dan fungsi strategis Ngawi serta menguasai jalur perdagangan, Pemerintah Hindia Belanda membangun sebuah benteng yang selesai pada tahun 1845 yaitu Benteng Van Den Bosch. Benteng ini dihuni tentara Belanda 250 orang bersenjatakan bedil, 6 meriam api dan 60 orang kavaleri dipimpin oleh Johannes van den Bosch.
Makam K.H. Muhammad Nursalim
Di dalam benteng ini terdapat makam K.H Muhammad Nursalim, yaitu salah satu pengikut Pangeran Diponegoro yang ditangkap oleh Belanda dan dibawa ke Benteng ini, konon K.H. Muhammad Nursalim adalah orang yang menyebarkan agama Islam
pertama di Ngawi, dan memiliki kesaktian yang tinggi, yaitu tidak
mempan ditembak. Oleh karena itu, maka dia dikubur hidup–hidup.
Let's Visit Ngawi
Langganan:
Postingan (Atom)